Dosen : Ibu Endah Muwarni
Periklanan
adalah komunikasi komersial dan non-personal tentang sebuah organisasi dan
produk-produknya yang di transmisikan ke suatu khalayak target melalui media
yang bersifat massal. Media massa yang biasa dipakai dalam dunia periklanan adalah
televisi, radio, koran, majalah,
direct mail, reklame luar ruang seperti billboard, spanduk, flyer dan lain
sebagainya.
Fungsi periklanan itu sendiri
menurut Lee dan Johnson (2007 : 10-11) antara lain :
1. Periklanan
menjalankan fungsi informasi; ia mengkomunikasikan informasi produk, ciri-ciri,
dan lokasi penjualannya. Ia memberi tahu konsumen tentang produk-produk baru.
2. Periklanan
menjalankan sebuah fungsi persuasif; ia mencoba membujuk para konsumen untuk
membeli merek-merek tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk atau
perusahaan tersebut.
3. Periklanan
menjalankan sebuah fungsi pengingat; ia terus menerus mengingatkan para
konsumen tentang sebuah produk sehingga mereka akan tetap membeli produk yang
diiklankan tanpa memedulikan merek pesaingnya.
Dari
ketiga fungsi tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa periklanan memainkan peran
yang sangat luar biasa dalam mempengaruhi perilaku konsumen. Periklanan selain
memberi informasi akan suatu produk, juga membujuk konsumen untuk
melakukan pembelian. Namun akhir-akhir ini, iklan tidak hanya sekedar membujuk
konsumen untuk melakukan pembelian, tetapi iklan dapat mengubah pola pikir dan
perilaku konsumen. Itu membuktikan bahwa di era modernisasi seperti sekarang
ini, iklan telah mengalami pergesaran fungsi.
Pergesaran
fungsi iklan zaman sekarang ini merupakan akibat dari kekerasan simbolik.
Ketika kita mendengar kata kekerasan, yang mungkin muncul dibenak kita adalah
kekerasan yang dilakukan secara fisik. Namun bukan kekerasan tersebut yang dimaksud. Kekerasan simbolik merupakan mekanisme
komunikasi yang ditandai dengan relasi kekuasaan yang timpang dan hegemonik di
mana pihak yang satu memandang diri lebih superior entah dari segi moral, ras,
etnis, agama ataupun jenis kelamin dan usia. Tiap tindak kekerasan pada
dasarnya mengandaikan hubungan dan atau komunikasi yang sewenang-wenang di
antara dua pihak. Dalam hal kekerasan simbolik, hubungan tersebut berkaitan
dengan pencitraan pihak lain yang bias, monopoli makna, dan pemaksaan makna
entah secara tekstual, visual, warna. Hal itu
banyak terjadi di dalam periklanan dimana konsumen mempersepsikan atau memberi
makna lebih dari apa yang dimaksud dari iklan tersebut.
Sumber : ph.makeupandbeauty.com |
Sumber : scform.com |
Sumber : allthngsnice.blogspot.com |
Sumber : shiiradoll.blogspot.com |
Seperti
yang bisa kita lihat, gambar diatas menunjukan 4 produk Blemish Balm (BB) cream dengan merek
dan brand ambassador yang berbeda
pula. Tetapi satu hal yang sama yakni keempat brand ambassador tersebut merupakan selebriti papan atas di Korea
Selatan. BB cream merupakan krim wajah yang berfungsi sebagai make-up, foundation, pemutih, pelembab sekaligus perawatan dan perlindungan
untuk wajah dari sengatan sinar matahari. Biasanya BB cream digunakan oleh para
wanita yang tidak ingin menghabiskan banyak waktu untuk berdandan. Cukup dengan
mengoleskan sedikit BB cream, maka wajah akan terlihat mulus seperti
menggunakan make-up.
Keempat
iklan BB cream diatas merupakan salah satu contoh kekerasan simbolik. Mengapa
demikian? Seperti yang sudah dituliskan, BB cream biasanya digunakan oleh
para wanita, tetapi iklan tersebut berusaha menarik konsumen laki-laki untuk
mengubah gaya hidupnya dan menggunakan BB cream. Sebut saja salah satu tagline BB cream merek Tony Moly yang
diiklankan oleh Song Joong Ki. Tagline
tersebut berbunyi “Real Men Don’t Wear Make Up, Just BB Cream.” Itu merupakan
bagian dari kekerasan simbolik dimana tagline
tersebut berusaha mengubah cara pandang laki-laki terhadap produk BB cream
sehingga laki-laki pun terdorong untuk menggunakan BB cream. Selain itu, kita
juga tidak dapat memungkiri bahwa dunia hiburan Korea mulai dari K-Pop,
K-Drama, dan lain sebagainya telah menginvasi di seluruh dunia salah satunya
yaitu Indonesia. Iklan tersebut membawa dampak yang sangat luar biasa terhadap
perubahan budaya dan perilaku konsumen di Indonesia khususnya bagi kaum
laki-laki mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak
mengonsumsi produk dunia hiburan Korea.
Banyak sekali iklan yang mengandung unsur kekerasan simbolik Namun contoh diatas merupakan salah satu contoh dari sekian banyak iklan. Sampel tersebut diharapkan dapat menjadi panduan untuk kita agar mengerti apa sebenarnya kekerasan simbolik itu. Yang perlu kita ingat adalah iklan
kini tidak hanya sekadar menjual produk, tetapi menanamkan suatu gaya hidup yang
membuat kita secara sadar maupun tidak sadar meniru gaya hidup tersebut mulai
dari cara berpakaian, berbicara, makan, berdandan, dan lain sebagainya. Apakah anda merupakan korban dari kekerasan simbolik iklan?
Daftar referensi :
Lee, Monle & Carla Johnson.
(2007). Prinsip-prinsip Pokok Periklanan
dalam Perspektif Global. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
yakomapgi.wordpress.com/2008/01/07/tentang-kekerasan-simbolik
The SEGA TRIXIN – Titanium Quartz - TITanium Art
BalasHapusThe SEGA TRIXIN – Titanium Quartz · SEGA TRIXIN – Titanium Quartz. TIGER. A resin, resin resin, a titanium guitar chords gemstone, has been cobalt vs titanium drill bits found at a lot of trekz titanium pairing museums and $8.00 바카라 사이트 · In stock titanium price per ounce