Sabtu, 22 September 2012

Media sebagai Alat Komunikasi Massa

Pertemuan ke-4 
Rabu, 19 September 2012
Dosen : Aminah Suwarnawati

Pada era globalisasi ini semua hal ikut berkembang, termasuk otak manusia. Manusia dalam kehidupannya selalu memerlukan informasi yang dapat membuat wawasan bertambah. Disamping itu, informasi dan berita yang didapatkan manusia juga membantu manusia untuk belajar dan semakin pintar. Manusia selalu haus akan informasi dan berita di sekitar lingkungan mereka maupun di luar lingkungan mereka. Karena keinginan manusia yang begitu besar akan informasi, maka timbulah sarana yang dapat memenuhi keinginan manusia tersebut.

Media merupakan alat yang digunakan oleh satu pihak untuk menyebarluaskan informasi (Komunikasi Massa) yang nantinya akan di nikmati oleh masyarakat. Pengertian media menurut Eoin Devereux, yaitu media dapat berupa institusi, media sebagai wadah berkomunikasi antara pengirim dan penerima, media sebagai agen sosialisasi dan menjadi sumber yang kuat. Media memiliki beberapa fungsi yakni informasi, hiburan, persuasi, dan edukasi.

Sebagai sarana informasi media biasanya memberikan informasi atau berita yang berguna bagi masyarakat. Sarana hiburan yang di tayangkan oleh media biasa berupa tayangan yang menghibur masyarakat. Media sebagai sarana persuasi yakni media dipakai oleh pihak kepentingan untuk membujuk sehingga dapat mengubah serta mempengaruhi sikap dan perilaku sasarannya. Fungsi terakhir media adalah sebagai sarana edukasi yang menyiarkan tayangan yang mendidik bagi masyarakat.

Media memiliki berbagai jenis, diantaranya: media cetak, media online, dan media elektronik. Media sering kali memiliki tujuan profit. Oleh karena itu, media lebih banyak menayangkan tayangan yang bersifat hiburan, karena di samping mendapatkan profit yang besar, media masih mendapatkan profit dari sponsor. Suatu tayangan dapat di nilai baik atau tidaknya melalui rating. Dengan adanya rating masyarakat dapat menilai sendiri tayangan yang ditonton. Rating sangat menentukan suatu tanyangan di lanjutkan atau di hentikan.

Peringkat yang baik akan sangat menguntungkan bagi media karena pemberi sponsor akan terus memberikan dananya untuk media. Pihak sponsor juga mengambil keuntungan dalam memberi sponsor. Pihak sponsor dapat mengiklankan produk mereka. Hal inilah yang di sebut media sebagai industri karena dikelola pemilik untuk mendapatkan profit, sehingga unsur komersial sangat menonjol.

Media yang ada saat ini lebih banyak dari pada pemiliknya. Seorang pemilik media dapat mengelola lebih dari satu media. Maka dari itu tidak dapat di salahkan jika dalam media terdapat unsur komersial. Karena dalam pembuatan suatu program atau tayangan di media membutuhkan modal yang cukup besar, seperti membeli atau menyewa properti, bayar gaji karyawan, biaya produksi, dan lain hal sebagainya. Dalam hal kepemilikan media, idealis media tergantung pada pemilik modal karena bentuk jurnalisme yang di kemas di fokuskan dalam rangka menyiasati kesempatan pasar.

Senin, 17 September 2012



Pertemuan ke-3
Rabu, 12 September 2012
Dosen : Didiet Anindita
http://www.mixcloud.com/didietaninditaphotographer/


Dalam kuliah kapita selekta minggu ini, kita mempelajari Exposure Triangle bersama Bapak Didiet Anindita. Sebuah foto pada umunya dihasilkan dari kombinasi unsur :
  • Aparture/ Diafragma/ F Stop
Merupakaan bukaan lensa yang mengatur jumlah cahaya yang masuk ke lensa. Semakin kecil angka, maka semakin banyak sinar yang masuk, sebaliknya apabila semakin besar angkanya, semakin sedikit sinar yang masuk.


  • Shutter Speed/ Time
adalah lamanya waktu sinar yang masuk dalam merekam cahaya ke sensor kamera. Ada beberapa teknik fotografi yang bisa dihasilkan dengan memanfaatkan Shutter Speed : slow speed, panning, freeze.
Contoh panning photography menggunakan shutter speed si atas 1/125 sec.
  • ASA/ ISO (International Standard Organization)
Kepekaan kamera dalam menangkap sinar. ISO Speed adalah nomor yang digunakan untuk merepresentasikan ISO untuk merating sensitivitas film dan jumlah cahaya yang diperlukan kamera untuk menangkap foto (ISO 50, ISO 100, ISO 200, ISO 400, ISO 800, ISO 1600, ISO 3200, ISO 6400, ISO 12800). Semakin kecil ISO yang digunakan dalam memotret, maka sinar yang masuk akan semakin banyak dan terang, dan sebaliknya.


Selain itu, kita juga mempelajari :
White Balance
Kalibrasi titik berwarna putih. Ada 2 teknik dalam white balance : manual white balance dan automatic white balance. Manual white balance yaitu mengatur warna putih dalam kamera digital dengan cara mengarahkan kamera ke objek berwarna putih. Sedangkan automatic white balance adalah kamera itu sendiri yang mendeteksi adanya cahaya sekitar dan menentukan sendiri warna putih yang dimaksud. White Balance dinyatakan dalam satuan cahaya (Kelvin) dengan 0 Kelvin (biru) hingga 8000 Kelvin (kuning), cahaya normal berada di posisi 5000-5200 Kelvin.

Zooming Photography


Pemotretan dengan menggunakan speed lambat. Ukuran lensa : 18mm, 20mm, 24mm, 28mm, 35mm, (Wide Angle, lensa sudut lebar, biasa untuk foto panorama, arsitek, landscape)), 85mm, 105mm, 110mm, 135mm, 180mm, 200mm, (Tele Lens, lensa jauh). Ukuran lensa standard adalah 50mm sama dengan mata manusia.
Foto dengan tele lens
Foto dengan wide angle

Zone System
Proses peralihan dari warna hitam ke putih. Biasanya ada 3 warna yaitu hitam (gelap), putih (terang), abu-abu 9gradasi terang-gelap).


Resolusi Kamera
Kemampuan kamera untuk membuat gambar. Buffer (tempat kamera menyimpan gambar). Pixel dalam kamera handphine lebih kecil, maka lebih besar gambar yang dihasilkan dengan kamera pocket.
Mata manusia : 120 juta pixel
Foto halaman majalah : 9 juta pixel

Sumber foto : google.co.id

Selasa, 11 September 2012

Periklanan dan Kekerasan Simbolik

Pertemuan ke-2 : Rabu, 5 September 2012
Dosen : Ibu Endah Muwarni

Periklanan adalah komunikasi komersial dan non-personal tentang sebuah organisasi dan produk-produknya yang di transmisikan ke suatu khalayak target melalui media yang bersifat massal. Media massa yang biasa dipakai dalam dunia periklanan adalah televisi, radio, koran, majalah, direct mail, reklame luar ruang seperti billboard, spanduk, flyer dan lain sebagainya.
Fungsi periklanan itu sendiri menurut Lee dan Johnson (2007 : 10-11) antara lain :
1.      Periklanan menjalankan fungsi informasi; ia mengkomunikasikan informasi produk, ciri-ciri, dan lokasi penjualannya. Ia memberi tahu konsumen tentang produk-produk baru.
2.      Periklanan menjalankan sebuah fungsi persuasif; ia mencoba membujuk para konsumen untuk membeli merek-merek tertentu atau mengubah sikap mereka terhadap produk atau perusahaan tersebut.
3.      Periklanan menjalankan sebuah fungsi pengingat; ia terus menerus mengingatkan para konsumen tentang sebuah produk sehingga mereka akan tetap membeli produk yang diiklankan tanpa memedulikan merek pesaingnya.

Dari ketiga fungsi tersebut, tidak dapat dipungkiri bahwa periklanan memainkan peran yang sangat luar biasa dalam mempengaruhi perilaku konsumen. Periklanan selain memberi informasi akan suatu produk, juga membujuk konsumen untuk melakukan pembelian. Namun akhir-akhir ini, iklan tidak hanya sekedar membujuk konsumen untuk melakukan pembelian, tetapi iklan dapat mengubah pola pikir dan perilaku konsumen. Itu membuktikan bahwa di era modernisasi seperti sekarang ini, iklan telah mengalami pergesaran fungsi.

Pergesaran fungsi iklan zaman sekarang ini merupakan akibat dari kekerasan simbolik. Ketika kita mendengar kata kekerasan, yang mungkin muncul dibenak kita adalah kekerasan yang dilakukan secara fisik. Namun bukan kekerasan tersebut yang dimaksud. Kekerasan simbolik merupakan mekanisme komunikasi yang ditandai dengan relasi kekuasaan yang timpang dan hegemonik di mana pihak yang satu memandang diri lebih superior entah dari segi moral, ras, etnis, agama ataupun jenis kelamin dan usia. Tiap tindak kekerasan pada dasarnya mengandaikan hubungan dan atau komunikasi yang sewenang-wenang di antara dua pihak. Dalam hal kekerasan simbolik, hubungan tersebut berkaitan dengan pencitraan pihak lain yang bias, monopoli makna, dan pemaksaan makna entah secara tekstual, visual, warna. Hal itu banyak terjadi di dalam periklanan dimana konsumen mempersepsikan atau memberi makna lebih dari apa yang dimaksud dari iklan tersebut.

Sumber :  ph.makeupandbeauty.com
Sumber :  scform.com
Sumber :  allthngsnice.blogspot.com
Sumber :  shiiradoll.blogspot.com
Seperti yang bisa kita lihat, gambar diatas menunjukan 4 produk Blemish Balm (BB) cream dengan merek dan brand ambassador yang berbeda pula. Tetapi satu hal yang sama yakni keempat brand ambassador tersebut merupakan selebriti papan atas di Korea Selatan. BB cream merupakan krim wajah yang berfungsi sebagai make-up, foundation, pemutih, pelembab sekaligus perawatan dan perlindungan untuk wajah dari sengatan sinar matahari. Biasanya BB cream digunakan oleh para wanita yang tidak ingin menghabiskan banyak waktu untuk berdandan. Cukup dengan mengoleskan sedikit BB cream, maka wajah akan terlihat mulus seperti menggunakan make-up.

Keempat iklan BB cream diatas merupakan salah satu contoh kekerasan simbolik. Mengapa demikian? Seperti yang sudah dituliskan, BB cream biasanya digunakan oleh para wanita, tetapi iklan tersebut berusaha menarik konsumen laki-laki untuk mengubah gaya hidupnya dan menggunakan BB cream. Sebut saja salah satu tagline BB cream merek Tony Moly yang diiklankan oleh Song Joong Ki. Tagline tersebut berbunyi “Real Men Don’t Wear Make Up, Just BB Cream.” Itu merupakan bagian dari kekerasan simbolik dimana tagline tersebut berusaha mengubah cara pandang laki-laki terhadap produk BB cream sehingga laki-laki pun terdorong untuk menggunakan BB cream. Selain itu, kita juga tidak dapat memungkiri bahwa dunia hiburan Korea mulai dari K-Pop, K-Drama, dan lain sebagainya telah menginvasi di seluruh dunia salah satunya yaitu Indonesia. Iklan tersebut membawa dampak yang sangat luar biasa terhadap perubahan budaya dan perilaku konsumen di Indonesia khususnya bagi kaum laki-laki mengingat Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak mengonsumsi produk dunia hiburan Korea.

Banyak sekali iklan yang mengandung unsur kekerasan simbolik Namun contoh diatas merupakan salah satu contoh dari sekian banyak iklan. Sampel tersebut diharapkan dapat menjadi panduan untuk kita agar mengerti apa sebenarnya kekerasan simbolik itu. Yang perlu kita ingat adalah iklan kini tidak hanya sekadar menjual produk, tetapi menanamkan suatu gaya hidup yang membuat kita secara sadar maupun tidak sadar meniru gaya hidup tersebut mulai dari cara berpakaian, berbicara, makan, berdandan, dan lain sebagainya. Apakah anda merupakan korban dari kekerasan simbolik iklan?

Daftar referensi :

Lee, Monle & Carla Johnson. (2007). Prinsip-prinsip Pokok Periklanan dalam Perspektif Global. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.

yakomapgi.wordpress.com/2008/01/07/tentang-kekerasan-simbolik


MEDIA ONLINE



Rabu, 29 Agustus 2012, Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara mendatangkan seorang dosen tamu untuk mata kuliah Kapita Selekta bagi mahasiswa semester-7. Suwarjono, Managing Director dari Vivanews membagikan pengetahuannya seputar media online, dunia yang sudah digelutinya sekitar 15 tahun. Bermula dari seorang jurnalis di Majalah Gatra, dia pernah ikut meliput demonstrasi besar-besaran di Indonesia pada tahun 1998.


Sumber : http://news.viva.co.id/
Sebagai seorang yang sudah sangat berpengalaman di dunia online, Suwarjono mengatakan bahwa saat ini sedang terjadi pergeseran penyebaran informasi. Dimana awalnya berita didapatkan lewat media cetak, tapi sekarang memperoleh informasi bisa dilakukan lebih mudah karena adanya media online yang dapat diakses darimanapun dan kapanpun. Hal ini dikarenakan media online dianggap lebih efisien dibandingkan dengan media cetak, tidak perlu adanya bahan baku berupa kertas, tinta, dan lain sebagainya. Selain itu, saat ini peminat media cetak sudah mulai berkurang, banyak orang beralih ke media online, seperti media sosial twitter, facebook, blogger, dan website lainnya.


Dengan kelebihan-kelebihan yang dimilikinya, seharusnya media online dapat dimanfaatkan sedemikian rupa oleh para penggunanya dan menghasilkan uang dari apa yang dikerjakan lewat media online. Tidak sedikit yang melakukan hal ini di Indonesia dan berhasil meraup keuntungan dari ketekunan mereka menjelajahi media online.  Kemajuan teknologi ini juga banyak dimanfaatkan para pemakainya untuk saling tukar informasi, tidak hanya sesama pemakai di Indonesia, tetapi juga secara global, dari satu negara ke negara lain. Arus informasi seperti ini membuat segala sesuatu berjalan denga sangat cepat, tidak perlu menunggu berhari-hari untuk mengetahui apa yang terjadi dibelahan dunia lain.
Sumber : http://kerjaonline.net/

Kesibukan yang dihadapi oleh orang-orang zaman sekarang membuat media online sangat digemari karena sifatnya yang dapat diakses sangat mudah, bahkan di telepon genggam sekalipun. Sekitar 3 juta pengakses di Indonesia mengakses media online lewat telepon genggam mereka. Saat ini internet tidak hanya dapat diakses dari komputer saja, hal ini lah yang membuat jumlah akses ke internet di Indonesia dapat berkembang sangat pesat.
Diluar kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh media online, media tersebut juga memiliki beberapa problem umum, seperti:
·         Ketakutan akan keamanan
·   Minimnya pengakses, di Indonesia walaupun sedang mengalami perkembangan pemakai media online yang sangat pesat, namun jumlahnya belum sebanding dengan banyaknya penduduk di Indonesia
·         Tampilan/desain tulisan
·         Tidak memaksimalkan layanan
·        Kurang update, banyak ditemui situs yang sudah tidak lagi terupdate sehingga beritanya tidak yang baru
·         Ketahui karakter online
·         Tidak menggunakan sosial media

Karena sifatnya yang sangat global dan terbuka, kebenaran informasi yang tersebar dimedia online terkadang tidak bisa dipastikan kebenarannya. Para pengguna harus bisa bersikap kritis dalam menghadapi gempuran informasi yang mungkin belum tentu benar. Bahkan media online juga seringkali dipergunakan untuk mengadu domba, mencuci otak, menghancurkan nama baik, dan hal hal negative lainnya. Hal ini bisa terjadi juga karena karakteristik pembaca online yang tidak akan membaca hal yang menurutnya tidak menarik, dan hanya akan membaca sedikit dan tidak mendalam, sehingga informasi yang didapatkan tidak detail dan terkadang menarik kesimpulan sendiri.