Senin, 01 Oktober 2012

Agenda Setting - Pilih Sisi

Pertemuan ke - 5 
Rabu, 26 September 2012
Dosen : Maman Suherman


Dalam kehidupan sehari-hari, tak luput dari adanya teori. Teori yang mempunyai asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Secara selektif, “gatekeepers” seperti penyunting, redaksi, bahkan wartawan sendiri menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus disembunyikan. Setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dengan panjang penyajian dan cara penonjolan. Teori ini dikenal dengan nama Agenda Setting.
 

Biasanya teori ini digunakan dengan yang berkaitan pada komunikasi massa. Banyak juga diterapkan pada media televisi. Terkadang menggunakan teori ini sesuai dengan apa yang terjadi pada kehidupan masyarakat. Apa yang dianggap penting oleh media, dianggap penting pula oleh masyarakat.


Hal yang menjadi dasar pada Agenda Setting – Pilih Sisi yaitu munculnya sebuah ide. Gagasan yang dikembangkan hingga menjadi data sesuai fakta. Data itu ada yang bisa di konfirmasi dan diverifikasi kebenarannya kemudian memilih target, dari sisi mana yang akan diambil. Sisi yang diberikan memungkinkan masyarakat untuk mengetahui kebenaran yang masih bisa dikonfirmasi dengan sisi – sisi yang lainnya.


Pemilihan sisi ditentukan oleh petinggi redaksi yang menjalankan alur media sesuai dengan kepentingannya. Dalam kaidah Jurnalistik dijelaskan bahwa pers tidak memihak, melainkan harus bersikap professional seperti yang tertera dalam Kode Etik Jurnalistik. Kepentingan pemilik misalnya, yang mulai memudarkan aturan-aturan penerapan Jurnalistik. Terkadang pengaturan ide dan data sesuai dengan apa yang diinginkan pemilik.

Kembali melihat dari sisi khalayak yang memiliki frekuensi publik yang berhubungan dengan Undang – Undang Penyiaran tahun 2002. Mengatur tentang penyiaran yakni, Semangatnya adalah pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan independen yang bebas dari campur tangan pemodal maupun kepentingan kekuasaan.



Terlihat jelas sekali apa yang diatur dengan fakta yang sebenarnya. Media merupakan sistem kontrol yang menjunjung tinggi kebenaran. Data yang telah di dapat diolah dan di cek kembali kebenarannya dengan mengkonfirmasi dan memverifikasi. Setelah melalui cek dan ricek, data siap untuk disebarluaskan kepada masyarakat.
Seperti media cetak yang mengutamakan kebenaran dengan mengecek ulang tulisan yang akan naik cetak. Menulis sesuai dengan aturan yang berlaku. Menggunakan empati saat menulis menunjukkan jiwa sosialisasi wartawan.
“Saat mengatur sebuah agenda dan menyeleksinya, biasakanlah menggunakan hati nurani dalam menyiarkan berita, baik melalui tulisan, maupun gambar,” ujar Maman.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar