Pertemuan ke - 5
Rabu, 26 September 2012
Dosen : Maman Suherman
Rabu, 26 September 2012
Dosen : Maman Suherman
Dalam kehidupan sehari-hari, tak luput dari adanya teori.
Teori yang mempunyai asumsi bahwa media
massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Secara
selektif, “gatekeepers” seperti penyunting, redaksi, bahkan wartawan sendiri
menentukan mana yang pantas diberitakan dan mana yang harus disembunyikan.
Setiap kejadian atau isu diberi bobot tertentu dengan panjang penyajian dan
cara penonjolan. Teori ini dikenal dengan nama Agenda
Setting.
Biasanya teori ini digunakan dengan yang berkaitan pada
komunikasi massa. Banyak juga diterapkan pada media televisi. Terkadang
menggunakan teori ini sesuai dengan apa yang terjadi pada kehidupan masyarakat.
Apa yang dianggap penting oleh media, dianggap penting pula oleh masyarakat.
Hal yang menjadi dasar pada Agenda Setting – Pilih Sisi
yaitu munculnya sebuah ide. Gagasan yang dikembangkan hingga menjadi data
sesuai fakta. Data itu ada yang bisa di konfirmasi dan diverifikasi
kebenarannya kemudian memilih target, dari sisi mana yang akan diambil. Sisi
yang diberikan memungkinkan masyarakat untuk mengetahui kebenaran yang masih
bisa dikonfirmasi dengan sisi – sisi yang lainnya.
Pemilihan sisi ditentukan oleh petinggi redaksi yang
menjalankan alur media sesuai dengan kepentingannya. Dalam kaidah Jurnalistik
dijelaskan bahwa pers tidak memihak, melainkan harus bersikap professional
seperti yang tertera dalam Kode Etik Jurnalistik. Kepentingan pemilik misalnya,
yang mulai memudarkan aturan-aturan penerapan Jurnalistik. Terkadang pengaturan
ide dan data sesuai dengan apa yang diinginkan pemilik.
Kembali melihat dari sisi khalayak yang memiliki frekuensi
publik yang berhubungan dengan Undang – Undang Penyiaran tahun 2002. Mengatur
tentang penyiaran yakni, Semangatnya adalah pengelolaan sistem penyiaran yang
merupakan ranah publik harus dikelola oleh sebuah badan independen yang bebas
dari campur tangan pemodal maupun kepentingan kekuasaan.
Terlihat jelas sekali apa yang diatur dengan fakta yang
sebenarnya. Media merupakan sistem kontrol yang menjunjung tinggi kebenaran. Data
yang telah di dapat diolah dan di cek kembali kebenarannya dengan mengkonfirmasi
dan memverifikasi. Setelah melalui cek dan ricek, data siap untuk
disebarluaskan kepada masyarakat.
Seperti media cetak yang mengutamakan kebenaran dengan
mengecek ulang tulisan yang akan naik cetak. Menulis sesuai dengan aturan yang
berlaku. Menggunakan empati saat menulis menunjukkan jiwa sosialisasi wartawan.
“Saat mengatur sebuah agenda dan menyeleksinya, biasakanlah
menggunakan hati nurani dalam menyiarkan berita, baik melalui tulisan, maupun
gambar,” ujar Maman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar